MANUSIA DAN HARAPAN
Ilmu Budaya Dasar
Di susun oleh :
Kelompok 3 :
1.
Adinda Nur Fatihah (10217139)
2.
Dinda Zahra Vianny (11217755)
3.
Fikri Syifa Abdillah (12217357)
4.
Harum Anjani Nurfallah (12217689)
5.
Lidia Dwi Lestari (13217311)
1EA30
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kita dapat menyusun makalah ini tepat
pada waktunya. Makalah ini membahas tentang Manusia dan Harapan.
Dalam
penyusunan makalah ini, kita banyak mendapatkan tantangan dan hambatan akan
tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa dapat teratasi.
oleh karena itu, kita mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, semoga bantuannya
mendapat balasan setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.
Kita
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kita
harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya. Akhir kata semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian.
BAB I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Setiap
orang mempunyai harapan. Tanpa harapan manusia tidak ada artinya sebagai
manusia. Manusia yang tidak mempunyai harapan berarti tidak dapat di harapkan
lagi. Harapan berasal dari kata harap,yaitu
keinginan supaya suatu terjadi atau sesuatu yang belum terwujud. Harapan
bukanlah sesuatu yang terucap dimulut saja tetapi juga berangkat dari
usaha.Harapan membuat kita berpikir untuk melakukan sesuatu sesuatu yang lebih
baik,untuk meraih sesuatu yang lebih baik juga.Harapan dan rasa optimis juga
memberikan kita kekuatan untuk melawan setiap hambatan.
Setiap
manusia mempunyai harapan. Manusia yang tanpa harapan, berarti manusia itu mati
dalam hidup. Orang yang akan meninggal sekalipun mempunyai harapan, biasanya
berupa pesan-pesan kepada ahli warisnya.
Harapan
harus berdasarkan kepercayaan, baik kepercayaan pada diri sendiri, maupun
kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Agar harapan terwujud, maka perlu usaha
dengan sungguh-sungguh. Manusia wajib selalu berdoa. Karena usaha dan doa
merupakan sarana terkabulnya harapan.
- Rumusan Masalah
1. Apa yang
dimaksud dengan Harapan?
2. Apa sebab-sebab
manusia mempunyai Harapan?
3. Apa pengertian
Kepercayaan?
4. Bagaimana
sistem kepercayaan yang dilakukan manusia?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Harapan
KATA “harapan berasal dari kata “harap”, artinya suatu
keinginan, permohonan, penantian. Adapun kata “harapan” itu sendiri dapat
diartikan sebagai suatu keinginan yang belum terwujud dan diupayakan agar
terwujud.
Setiap orang memiliki harapan sendiri-sendiri. Manusia
yang tiada harapan dalam hidupnya tidak ada artinya sebagai manusia. Manusia
yang tidak mempunyai harapan berarti tidak dapat diharapkan lagi
keberadaannya. Secara kodrati dalam diri manusia memiliki
dorongan-dorongan, yakni dorongan kodrat dan dorongan kebutuhan hidup. Dorongan
kodrat itu yaitu menangis, tertawa, berpikir, berkata, bercinta, mempunyai
keturunan, dll. Sedangkan kebutuhan hidup dapat berupa kebutuhan jasmani dan
rohani.
Manusia tidak dapat mencapai semua kebutuhan itu
secara sendiri melainkan, butuh bantuan orang lain sehingga manusia dikatakan
sebagai makhluk sosial.
Menurut Abraham Maslow, kebutuhan hidup manusia dapat
dikategorikan menjadi lima harapan:
1. Harapan untuk
memperoleh kelangsungan hidup (survival), seperti kebutuhan papan, sandang, dan
pangan.
2. Harapan untuk
memperoleh keamanan (safety), yaitu perlindungan dari pemerintah dan agama.
3. Harapan memiliki
hak dan kewajiban untuk mencintai dan dicintai (beloving and love)
4. Harapan untuk
memperoleh status atau diterima dan diakui di lingkungannya. Dalam
perolehan status dapat dibedakan antara yang ascribe (berdasarkan
keturunan) dan achieve ( berdasarkan prestasinya)
5. Harapan untuk
memperoleh perwujudan dan cita-cita (self actualization), yaitu diakui
eksistensinya sesuai dengan keahlian atau kepangkatan.
B. Sebab-Sebab
Manusia Mempunyai Harapan
Harapan dapat dikatakan sebagai fenomena yang sifatnya
universal. Artinya, keberadaan harapan yang berkembang dalam diri manusia itu
merupakan sesuatu yang wajar, dimanapun mereka berada. Setiap manusia tidak
peduli latar belakangnya, mereka mempunyai keinginan untuk terpenuhi segala
harapan yang ada pada dirinya.
A.F.C. Wallace dalam bukunya Culture and Personality
dikatakan bahwa kebutuhan merupakan salah satu isi pokok kepribadian, yang jadi
sasaran dari kehendak, harapan, keinginan, dan emosi seseorang. Kebutuhan itu
bisa jadi positif ataupun negatif. Kebutuhan manusia dikelompokkan menjadi tiga
kebutuhan pokok, yakni: 1) kebutuhan organic individu, dapat dijabarkan dari
nilai positifnya yaitu makan dan minum, istirahat dan tidur, sex, keseimbangan
suhu, buang hajat, dan bernafas. Sedangkan dari nilai negatitnya yaitu
makan-minum tidak lezat, istirahat dan tidur terganggu, ketidakseimbangan suhu,
dll. 2) Kebutuhan psikologis individu, bernilai positif yaitu
pengendoran ketegangan dan bersantai, kemesraan dan cinta, kepuasan altruistic:
kesempatan berbuat baik, kepuasan ego, kehormatan, dan kepuasan dan kebanggaan
mencapai tujuan. 3) Kebutuhan organic dan psikologis sesama manusia.
Semua kebutuhan itu merupakan suber harapan bagi
gairah kelangsungan hidup manusia. Namun, dalam ajaran agama khususnya Islam
pemenuhan segala kebutuhan yang dijadikan harapan tidaklah harus dilakukan
secara berlebihan. Karena, bagi orang yang beriman tentu percaya bahwa
perbuatan manusia selama didunia kelak akan dimintai tanggung jawabanya di
hadapan Allah.
C. Pengertian
Kepercayaan
Kata “kepercayaan” berasal dari kata “percaya” artinya
mengakui dan meyakini akan kebenaran. Adapun kata “kepercayaan” dapat diartikan
sebagai hal-hal yang berhubungan dengn pengakuan atau keyakinan tentang
kebenaran. Dalam kehidupan manusia dikenal berbagai macam kepercayaan.[2]
1. Kepercayaan
Kepada Diri Sendiri
Meyakini bahwa dirinya itu benar, memiiki kemampuan
diri, mengetahui dengan sebenarnya.
2. Kepercayaan
kepada orang lain
Mempunyai keyakinan bahwa orang lain itu
benar, dapat dipercaya, menepati janji, benar-benar mengetahui. Semakin
berwibawa orang yang membertahu maka semakin besar kepercayaan terhadap orang
itu, karena kebenaran yang diberikan tidak meragukan lagi.
3. Kepercayaan
kepada pemerintah atau Negara
Dalam pandangan Theokratis negara berasal dari Tuhan
yaitu Pemilik Kedaulatan Sejati karena semua adalah ciptaan Tuhan. Sedangkan
pandangan demokratis mengatakan kedaulatan adalah dari rakyat, maka kewibawaaan
milik rakyat.
4. Kepercayaan
kepada Tuhan
Tuhan adalah pencipta alam semesta beserta isinya.
Dengan begitu, kepercayaan kepada (kebenaran) agama Tuhan adalah kepercayaan
mutlak. Karena kepercayaan merupakan pengakuan akan kebenaran. Disamping itu
keimanan juga sebagai tali kuat yang dapat menghubungkan rasa manusia dengan
Tuhannya. Perwujudannya terdapat dalam ikrar lisan yang dibenarkan dengan hati
dan dilaksanakan dalam perbuatan (affirmation).
D. Sistem
Kepercayaan
Asal-usul kepercayaan
adalah adanya kepercayaan manusia terhadap kekuatan yang dianggap
lebih tinggi dari padanya. Oleh karenanya manusia melakukan beberapa
hal untuk memperoleh ketenangan hidup. Ada berbagai teori asal-usul
kepercayaan, yaitu:
1. Teori
Kesadaran Jiwa(E.B. TYLOR)
Bahwa manusia mulai
sadar akan adanya jiwa (roh halus). Asalnya menganut animisme berkembang
menjadi monotheisme.
2. Teori Batas (J.G.
FRAZER)
Manusia mempunyai
keterbatasan dalam pemikiran akal. Misalnya: magic, yaitu segala sistem perbuatan dan
sikap manusia untuk mencapau suatu maksud dengan menguasai dan mempergunakan
kekuatan-kekuatan sebagai hukum alam.
3. Teori Krisis
(M.CRAWLEY)
Dalam kehidupannya
manusia mengalami masa krisis misalnya: sakit, takut, stres, dan sebagainya.
4. Teori Kekuatan Luar
Biasa (R.R.MARETT)
Manusia merasakan
kekagumannya terhadap gejala alam, yang memiliki kekuatan luar
biasa.
5. Teori Sentimen
Kemasyarakatan (E. DURKHEIM)
Adanya perasaan
(sentimen) kemasyarakatan denan menimbulkan getaran jiwa dan
emosi keagamaan, yang kemudian diwujudkan dalam bentuk
totem (benda atau hewan keramat)
6. Teori Firman Tuhan
Keyakinan atau
kepercayaan terhadap Sang Pencipta alam semesta.Berdasarkan pemahaman ketuhanan
dan kepercyaan tersebut setia individu merasa pasti, bahwa tujuan hidupnya
untuk kebahagiaan yang sempurna tidak sekedar terdapat di dunia ini melainkan
di dunia lain yang lebih abadi yaitu di akhirat. Keyakinan itu berdampak pada
kehidupan manusia untuk membawa kehidupan di dunia menuju kedamaian di akhirat.
Untuk itu, manusia di tuntut agar dapat berbuat menyesuakan diri dengan
tuntutan keyakinannya terhadap Tuhan, tetapi ada kecenderungan manusia
dilupakan oleh kehidupan dunia.
Contoh Manusia dan Harapan
1. Bagi
seorang anak kecil pun dapat mempunyai harapan dalam dirinya, misalkan saja
seorang anak mempunyai harapan untuk mendapatkan hadiah dari orang tuanya serta
orang disekitarnya pada saat dia ulang tahun. Untuk mendapatkan sesuatu yang
diharapkannya dia dapat melakukan meminta langsung terhadap orang tuanya.
3. Bagi
seorang pelajar, misalkan dia menginginkan mendapatkan nilai bagus dan dapat lulus
dengan nilai yang baik, maka dia dapat melakukan beberapa hal untuk mendapatkan
nilai terbaik itu, contohnya saja dengan cara belajar dengan baik, giat dan
serius. Meminimalisir kegiatan bermain.
4. Bagi
seorang dewasa, misalkan saja seseorang yang berharap naik pangkat dari
pekerjaanya. Dia akan berusaha menjadi lebih baik lagi terhadap pekerjaanya dan
berperilaku baik dalam kesehariannya agar dapat mencapai yang telah
diharapkannya.
5. Dari
seseorang yang telah berusia lanjut, mereka juga punya harapan terakhir.
Misalkan terhadap yang sudah ingin meninggal biasanya memberikan suatu
pengharapan lewat surat wasiat yang diberikan kepada keluarganya berupa pesan
dalam hal harta atau apapun.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada
dasarnya manusia dan harapan itu berada dalam satu naungan atau berdampingan.
Setiap manusia pasti mempunyai harapan, manusia tanpa harapan berarti manusia
itu mati dalam hidup. Orang yang akan meninggal sekalipun mempunyai harapan,
biasanya berupa pesan-pesan kepada ahli warisnya. Harapan bergantung pada
pengetahuan, pengalaman, lingkungan hidup dan kemampuan masing-masing.
Harapan
atau asa adalah bentuk dasar dari kepercayaan akan sesuatu yang diinginkan akan
didapatkan atau suatu kejadian akan berbuah kebaikan diwaktu yang akan datang.
Pada umumnya harapan berbentuk abstrak, tidak tampak namun diyakini bahkan
terkadang dibatin dan dijadikan sugesti agar terwujud. Namun ada kalanya
harapan tertumpu pada seseorang atau sesuatu. Pada praktiknya banyak orang
mencoba menjadikan harapannya menjadi nyata dengan cara berusaha dan berdo’a.
Harapan
seseorang juga ditentukan oleh kiprah usaha atau bekerja kerasnya seseorang.
Orang yang bekerja keras akan mempunyai harapan yang besar. Dan untuk
memperoleh harapan yang besar tetapi kemampuannya kurang, biasanya disertai
dengan unsur dalam, yaitu berdo’a.